Senin, 15 Desember 2014
NGAJI SULUK MALEMAN " NEGERI JAZZ RANAN "
Solusi mengatasi tunggang menunggang itu menurut Mas ulil abshar abdallla rakyat diajari untuk mandiri. Ketika ketidak adilan kepemimpinan tidak berpihak kepada rakyat. Dalam hal agamapun rakyat harus berani bersuara berpendapat beretika mengatakan tidak. Karena apa yang dikatan pemimpin ustad itu belum tentu semua benar. Karena terkadang ada yang menunggangi sesuai dengan pesananan. Pada jaman orde baru kegiatan ngaji kongko seperti ini hampir tak pernah ada karena secara otomatis sudah di bekup oleh polisi ataupun koramil, jadi mereka itu bangga ketika melihat acara semacam ini. “ ngaji ora, dangdut juga tidak, wayang juga tidak. Jadi tidak jelas.”Kebijakan seorang pemimpin agama ketika tidak membela kebijakan umat kita harus berani berpikir beda. Ketidak jelasan menurut beliu ini juga perlu. Beliau juga mengutip sebuah kaidah hukum fiqih yang sering di sampaikan oleh (alm gusdur)
تَصَرُّفُ الْأِمَاِم عَلَى الرَّاعِيَّةِ مَنُوْطٌ بِالْمَصْلَحَةِ
“Tindakan imam terhadap rakyatnya harus dikaitkan dengan kemaslahatan.”
Jadi yang boleh menunggani itu rakyat. Ketika seorang pemimpin itu ceramah meskipun dia membawa segudang ayat tetapi dipakai untuk membenarkan kebijakan rakyat tertentu Rakyat harus berani berpikir berbeda.karena islam itu welas asih Rahmatan lilalamin…
Langganan:
Postingan (Atom)